Coming Together is Beginning ..., Learning Together is Progress ..., and Growing Together is Success ...!

Senin, 28 Mei 2018

SILENT DISEASE

Siapa mengira, 90 persen merpati mengidap cacingan? Rendahnya mutu sanitasi menjadi penyebabnya. Pemiskinan fisik hingga kecerdasan loss adalah beberapa akibatnya. Meski sering dianggap angin lalu, penyakit akibat diserapnya makanan oleh cacing di dalam tubuh merpati sebaiknya tidak diremehkan. Dampaknya bagi si penderita ternyata tak kalah berbahaya ketimbang penyakit lain. Yang menjadi korban kebanyakan adalah merpati-merpati yang mulai bermain/ makan di tanah. Nah, tanahnya itu sudah tercemar (soiled), terutama oleh kotoran merpati dan hewan lain.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh merpati. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Cacing yang biasa “menyerbu” tubuh merpati adalah cacing tambang, cacing gelang, dan cacing kremi.
“Di daerah dimana sanitasi kebersihan lingkungan masih buruk, seperti Indonesia, hampir 90 persen merpati-merpatinya pasti terkena cacingan, Ketika merpati merpati yang cacingan buang air besar di dasar kandang maupun di tanak, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dibersihkan. “Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus, baru ia akan keluar.”
Selain melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh merpati melalui kulit (poripori). Dari tanah, misalnya lewat kaki merpati telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal. “Setelah menembus kulit, ia masuk ke pembuluh darah vena (balik), lalu menuju paru-paru. Nah, di paru-paru inilah muncul Sindroma Loffler. Merpati  jadi batuk seperti TBC , berdahak seperti asma. Ini termasuk ke dalam siklus perjalanan cacing.” Setelah itu, cacing menggigit dinding usus bertelur dengan cepat di usus. “Di usus inilah makanan dipecah Menjadi  nutrient (zat gizi elementer yang sudah bisa diserap oleh usus). Ini yang “dibajak” oleh cacing. Jadi, cacing itu memang berdomisili di usus, karena ia tidak bisa mencernakan sendiri makanan. Ia harus makan yang sudah setengah cerna.” Selain siklus normal, cacing juga bisa menyebar ke tempat-tempat lain, seperti hati atau bagian tubuh lain.  
Nutrisi Dibajak
Dampak cacingan ternyata tidak sepele. Dari pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga kecerdasan/ IQ loss. Dampak yang paling banyak adalah anemia atau kadar haemoglobin (Hb) rendah. Hb sangat vital bagi merpati .“HB berfungsinya seperti alat angkut, seperti truk, yang membawa oksigen dan makanan dari usus ke seluruh organ tubuh. Begitu pun pada merpati yang anemia. Suplai oksigen dan nutrient ke otak sedikit, ke ginjal sedikit.”
Padahal, merpati merpati yang sedang tumbuh membutuhkan banyak nutrient. “Nutrisi itu dibagi dua, yaitu makro nutrient (karbohidrat, lemak, protein, air) dan mikro nutrient (vitamin dan mineral). Nah, ini yang dibajak. Jadi, yang gemuk cacingnya, bukan merpatinya,” tandas . “Di dalam tubuh, cacing-cacing ini akan bermerpati lagi, lagi, dan lagi. Kadang-kadang, kalau menggumpal, bentuknya seperti bola. Bisa juga terj “erratic”, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.” Anemia membuat merpati gampang sakit karena tidak punya daya tahan. “Gimana mau sehat kalau zat-zat untuk membuat daya tahan, terutama protein, sudah dibajak di usus oleh cacing,” lanjutnya. Merpati juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi/kinerja akan turun.
Gejala Klinis
Gejala klinis akibat cacing pada merpati dipengaruhi antara lain oleh status pakan atau keadaan gizi ternak, jumlah infeksi dan umur merpati. Pada beberapa jenis infeksi, gejala umum pada merpati muda biasanya ditunjukkan oleh adanya penurunan bobot badan, hilangnya napsu makan, kekerdilan, diare dan anemia. Penurunan produksi telur dan kesehatan secara umum juga merupakan gejala umum akibat infeksi cacing
Berakibat fatal
Cacingan juga bisa berakibat fatal. “Bisa ke empedu, meski jarang, atau bikin usus bolong. Fatalnya memang tidak secara langsung, tapi karena fisiknya lemah, daya tahan turun, maka penyakit lain pun masuk. Nah, penyakit lain inilah yang bikin fatal.” Gejala cacingan biasanya ditandai dengan sakit perut, diare berulang, dan kembung. “Seringkali juga ada kolik yang tidak jelas dan berulang,” jelas . Kalau sudah parah, “Muka merpati akan tampak pucat dan badan kurus. Ini berarti sudah terjadi pemiskinan secara fisik”.
Di daerah tropis dan sub-tropis, apalagi di daerah yang sanitasinya buruk, hampir semua merpati pasti cacingan. Di tempat yang sangat kotor, prosentase cacingan pada merpati bahkan dipastikan bisa 100 persen.
“Jadi, nggak perlu diperiksa, pasti cacingan. Oleh karena itu, setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15 tahun, merpati diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong siklus kehidupan cacing.
Merpati Dewasa Juga Cacingan
Merpati “dewasa” pun bisa cacingan. “Obat cacingnya untuk merpati dewasa diberikan 3-4 bulan sekali.” Yang membedakan cacingan pada merpati muda dan pada dewasa adalah, merpati muda masih tumbuh dan berkembang, sementara merpati dewasa sudah tidak lagi tumbuh dan berkembang. “Merpati dewasa juga masih bisa survive, bisa melawan sendiri cacing yang ada.” Yang harus dicermati adalah, kira-kira 60-80 persen penyakit yang terjadi pada usia dewasa dimulai di usia pertumbuhan. Misalnya, anemia kronis akibat cacingan. Ini akan membuat jumlah sel otak berkurang karena kekurangan nutrisi selama masa tumbuh kembang.
Akibatnya, ketika dewasa, kualitas fisik dan IQ merpati tersebut tentu akan berkurang juga. Contoh lain, ketika kecil terkena penyakit infeksi yang tidak ketahuan. “Setelah dewasa sakit ginjal, dan sebagainya.”
Tips Menghindari Cacingan
Biasakan merpati untuk dibersihkan kakinya dengan sabun, dan dimandikan. Potong kuku merpati secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing. Jaga kebersihan sanitasi lingkungan kandang merpati .

Cacing dan Jenis nya
Ada beberapa jenis cacing yang sering ditemukan dalam usus merpati, yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus). Tanpa kita sadari, telur cacing gelang dan cambuk sebenarnya ada di mana-mana. Di udara, telur cacing yang berbahaya ini bercampur dengan debu, lalu diterbangkan angin. Telur cacing ini bisa hinggap pada makanan atau minuman yang dibiarkan terbuka. “Jika makanan dan minuman itu dikonsumsi, maka ikut pula telur cacing itu. Dalam usus telur ini berkembang menjadi larva, untuk kemudian menjadi cacing dewasa.”

Setiap cacing memiliki ciri-ciri spesifik sebagai berikut :

Cacing Gelang
Warna : Merah muda atau putih
Besarnya : 20 – 30 cm
Hidup di : Usus kecil
Cacing gelang, misalnya, bisa mencapai panjang 15-35 cm, meski berada dalam perut merpati. Cacing ini juga mampu bertelur hingga 200.000 butir per hari, yang sebagian keluar bersama dengan tinja. Cacing ini adalah yang paling sering ditemukan.
Cara Penularannya:
  1. Telur cacing masuk melalui mulut
  2. Menetas di usus kecil menj larva
  3. Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui hati
  4. Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan, mereka masuk ke dalam usus kecil dan menj dewasa di sana cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat setiap hari.

Cacing Cambuk
Warna : Merah muda atau abu-abu
Besarnya : 3 – 5 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
  1. Telur cacing tertelan bersama dengan air atau makanan
  2. Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
  3. Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur ini tertelan, terulanglah siklus ini
Sementara cacing cambuk (disebut begitu karena bentuknya seperti cambuk), panjangnya bisa mencapai  45 milimeter dan hidup dalam usus besar. Cacing ini, kalau mengeram dalam perut, bisa sangat merepotkan. Cacing ini bisa menyebabkan diare disertai ingus dan darah. Keadaan ini bisa berlangsung berbulan-bulan. Cacing cambuk menghisap sari makanan dan darah.

Cacing Tambang
Warna : Merah
Besarnya : 8 – 13 mm
Hidup di : Usus kecil
Cara Penularannya:
  1. Larva menembus kulit kaki
  2. Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang menyebabkan batuk
  3. Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil dimana mereka menancapkan dirinya untuk mengisap darah Lebih ganas lagi. Cacing ini menghisap darah dari dinding usus. Penularan cacing ini
melalui telur yang keluar bersama tinja, untuk kemudian menetas menjadi larva. Pada saat berjalan tanpa alas kaki, larva ini dapat menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus dan menetap di usus halus. Ukuran cacing ini paling kecil bila dibandingkan kedua cacing lainnya, hanya dapat mencapai 13 milimeter.

Cacing Kremi
Warna : Putih
Besarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar
Cara Penularannya:
  1. Cacing betina bertelur pada malam hari di anus
  2. Anus menjadi gatal, garukan pada anus membawa telur cacing ini menyebar. Melalui kontak dengan kandang, tempat makan dan minuman, sarang, telur cacing keremi
dibawa ke tempat lain.
  1. Jika telur-telur ini termakan, terulanglah siklus ini.
Cacing keremi mudah sekali menular dan jika merpati terkena, seluruh keluarga merpati perlu diobati. Pada saat pengobatan, kandang, tempat makan dan minuman, dan sarang yang dipakai perlu dicuci.

Sayangnya, pemelihara maupun peternak merpati kerap salah mengerti. Banyak yang menganggap, kalau sudah makan obat cacing yang banyak dijual di pasaran, maka semua cacing dalam perut akan mati. Dengan demikian, tubuh pun akan bebas dari cacing selamanya. “Pada kemasan obat anti cacing umumnya tertulis, untuk menghindari/pencegahan cacingan, diharuskan minum obat itu sebanyak dua sampai tiga kali dalam setahun.  Minum obat cacing sifatnya hanya membuang cacing dari dalam tubuh, tapi tidak membuat tubuh kebal terhadap cacing”, meminum obat cacing bukanlah solusi untuk menghilangkan cacing. Cacing memang hilang, tapi hanya sementara waktu. Pada kesempatan lain ia akan berbiak lagi.

Berikut ini tips sederhana mengatasi dan mencegah penyakit cacingan :
  1. Jaga kebersihan kandang dengan baik, sehabis membersihkan kandang jangan buang kotoran merpati di sembarang tempat
  2. Cuci / bersihkan kaki merpati
  3. Cuci makanan merpati dengan bersih
  4. Air minum merpati gunakan air yang bersih ( air PDAM, air masak, air mineral)
  5. Menggunting kuku merpati untuk mencegah telur/larva cacing tidak menempel berkumpul di sela sela kuku dan untuk mencegah infeksi saat merpati menggaruk/mencakar tubuh sehingga telur cacing dapat masuk dari luka tersebut
  6. Simpan makanan di tempat yang terlindungi dari kontaminasi pencemaran
  7. Rutin menyemprot kandang merpati dengan disinfektan
8.Rutin pemberian obat cacing setiap 3-6 bulan sekali untuk pencegahan (untuk pengobatan dapat diberikan 2 minggu sekali selama lebih dari 35 hari.

Natural herbal untuk cacingan

Ramuan I
Bahan : biji pepaya masak 1 mangkok
Cara pembuatan : biji pepaya dikeringkan, lalu digilng sampai halus.
Cara pemakaian : dosisi seperti pada bubuk biji lantoro, dicampur air atau bubur bayi, dan diminum/dispet sebelum makan.

Ramuan II
Bahan : biji lantoro mentah 1 mangkuk dan susu cair secukupnya.
Cara pembuatan : biji lantoro disangrau dan ditumbuk halus
Cara pemakaian : untuk merpati dewasa 1 sendok teh biji lantoro dicampur air atau bubur bayi sebanyak 2 sendok
makan, diminum/dispet 2 jam sebelum makan . Merpati usia 1-6 bln, 1/4 sendok teh, 2 jam sebelum makan
malam. Sementara itu, merpati 10-12 tahun 1/2 sendok teh 2 jam sesudah makan malam. Bisa pula lantoro segar
1 genggam dimakan langsung dan jika perlu diulangi seminggu sekali.

Obat medis ,
Disarankan anjuran dokter hewan agar diukur berdasarkan berat badan dan kondisi kesehatan, umur  merpati . Atas dasar beberapa pertimbangan baik berat merpati, perbandingan rata rata umur manusia dibandingkan merpati 15/75 = 1/5 dan beberapa pertimbangan lainnya serta tindakan yang telah dilakukan selama beberapa belas tahun terhadap beberapa merpati. Penulis memberikan obat seperti dibawah ini :
-Obat cacing khsusus  unggas
-Mebendazole ( 8 mg) atau 1/5 sd 1/8 ukuran orang dewasa tergantung kondisi dan berat merpati
-Vermox ( 8 mg) atau 1/5 sd 1/8 ukuran orang dewasa tergantung kondisi dan berat merpati
-Combantrine sirup ( 5 ml)
-Upixon sirup ( 5ml )

SISTEM PERNAFASAN BURUNG MERPATI

Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung tertentu bisa memerlukan dua puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Karenanya, paru-paru hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan burung. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh berbeda.

Pada hewan menyusui, aliran udara adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran, dan berhenti di kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida terjadi di sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.

Sebaliknya, pada burung, aliran udara cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi yang tinggi.Dalam hal burung, bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru…. Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada kelompok reptil tertentu, bentuk paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat berbeda. Tidak ada paru-paru pada jenis hewan bertulang belakang lain yang dikenal, yang mendekati sistem pada unggas dalam hal apa pun.

Aliran udara searah dalam paru-paru burung didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung ini mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan cara ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit seperti ini telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah oksigen yang tinggi.

Semakin tinggi seekor burung terbang maka semakin tipis/sedikit oksigen yang tersedia di udara maka paru-paru burung harus dapat memasok sejumlah besar oksigen yang dibutuhkan untuk terbang.

Burung memiliki alat pernapasan berupa paru-paru dan kantong-kantong udara berdinding tipis yang terhubung dengan paru-parunya. Ketika kantong-kantong udara digembungkan, tubuh burung sangat ringan. Kantong udara itu juga digunakan oleh burung untuk mengambil oksigen sebanyak mungkin.

Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau kantung-kantung udara berselaput tipis (air sacs/sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.Di kantung-kantung udara (air sacs) tidak terjadi difusi gas pernapasan; kantung-kantung udara hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya kantung-kantung udara maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Kantung-kantung udara terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).

Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antar tulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke kantung-kantung udara sebagai cadangan udara.

Mekanisme Pernafasan
Proses pernapasan pada saat burung tidak terbang. Pada saat otot tulang rusuk berkontaksi, tulang rusuk bergerak ke arah depan dan tulang dada bergerak ke bawah. Rongga dada menjadi besar dan tekanannya menurun. Hal ini menyebabkan udara yang kaya dengan oksigen masuk ke dalam paru-paru dan selanjutnya masuk ke dalam kantung-kantung udara. Pada waktu otot tulang rusuk mengendur, tulang rusak bergerak ke arah belakang dan tulang dada bergerak ke arah atas. Rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi besar, mengakibatkan udara keluar dari paru-paru. Demikian juga udara dari kantung-kantung udara keluar melalui paru-paru. Pengambilan oksigen oleh paru-paru terjadi pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas hanya terjadi di dalam paru-paru.

Proses pernapasan pada saat burung terbang.
Udara pada kantung-kantung udara dimanfaatkan hanya pada saat udara di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung udara di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung udara masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.

Ketika burung terbang gerakan otot dada dapat mengganggu pengambilan oksigen oleh paru-paru. Karena itu, selain dengan bernapas dengan paru-paru, pada saat terbang burung bernapas dibantu dengan kantong udara ( air sacs ).

Kantong udara mempunyai fungsi :
  1. Membantu pernapasan pada waktu terbang.
  2. Membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara.
  3. Menyelubungi alat-alat dalam rongga tubuh hingga tidak kedinginan.
  4. Membantu mencegah hilangnya panas badan yang terlalu besar.
Kecepatan Bernafas Kecepatan bernafas pada bangsa burung tergantung pada ukuran badan, seks, rangsangan, dan berbagai faktor lain. Pada umumnya bangsa burung yang lebih kecil mempunyai kecepatan (frekuensi) pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih besar, misalnya pada bangsa unggas jantan seperti merpati, itik, angsa, kalkun, dan anak ayam adalah 28, 42, 20, 28, dan 16 kali/menit secara berturut-turut; sedangkan yang betina 16, 110, 40, 49, dan 28 secara berturut-turut. Kecepatan bernafas bertambah bila suhu badan meningkat. Pada anak ayam yang suhu badannya 43,5oC – 44,5oC , kecepatannya bisa mencapai 140 – 170 kali/menit

Pernafasan Selama Terbang
Persediaan dan kecepatan oksigen (O2) berdifusi dalam paru-paru sangat penting artinya burung pada waktu terbang. Pada waktu terbang konsumsi oksigen bisa 10 – 15 kali lebih banyak dibandingkan dengan pada keadaan istirahat. Konsumsi itu juga tergantung pada kecepatan terbang. Pada kecepatan terbang 35 km/jam, oksigen yang diperlukan rata-rata 21,9 ml/g/jam atau 12,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak terbang, dan pada kecepatan terbang 40 km/jam konsumsi oksigen 23ml/g/jam.

Konsumsi oksigen paling tinggi pada waktu terbang menaik dan paling rendah pada waktu terbang menurun. Beberapa peneliti mengasumsikan bahwa pernafasan (aliran udara paru-paru) ada hubungan (sinkronisasi) dengan berbagai gerakan sayap pada waktu terbang. Pada waktu sayap bergerak ke bawah, terjadi ekspirasi.

NB :

Inspirasi : udara kaya oksigen masuk ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya tekanan udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk. Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju ke kantong udara sebagai cadangan udara.

Ekspirasi : otot interkosta relaksasi sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar.

Rabu, 28 Oktober 2009

CHAMPION BLOODLINE

Nama : Bintang Timur / Jantan
  • Kecerdasan : Baik
  • Karakter : Bagus
  • Anatomi : Baik
Saudara
  1. Bocah Sakti (Pemilik Ferry - Emporium Kuningan)
  2. Dakar (Kandang Biru - Kayu Tinggi, Cakung)
  3. Brazil (Kandang Biru - Kayu Tinggi, Cakung)
  4. Bintang (Pemilik Ferry - Kandang Rasta Cikunir)
  5. Bulan (Pemilik Ewin - Kandang Rasta Cikunir)
  6. Matahari (Pemilik Ferry - Kandang Rasta Cikunir)
  7. Coklat Jambul (Kandang Argen Kemanggisan)
Status Inbreeding

THREE COLOR'S PIGEON

 













Nama : Google / Jantan
  • Kecerdasan : Bagus
  • Karakter : Baik
  • Fisik / Anatomi : Bagus
Sire : Si Roti ( Kandang biru pulo mas - pemilik Andi )

Dam : Cucu Pelor
    Spesial : Mampu menghasilkan turunan dengan warna bulu (3 color), anatomi, karakter, dan kecerdasan yang stabil .

    Status : Inbreeding

    HIGH FLYER PIGEON



















    Nama : Dago/Jantan
    • Kecerdasan : Bagus
    • Karakter : Baik
    • Anatomi : Bagus
    Spesial : Terbang tinggi, turun jujur, bawah keras.

    Status : Cross Breeding

    THE ONLY ONE GENERATION
















    Nama : Igor / Jantan

    • Kecerdasan : Bagus
    • Karakter : Baik
    • Anatomi : Bagus

    Spesial : Mampu menghasilkan keturunan dengan kualitas yang bagus secara merata

    Status : Cross Breeding

    Catatan :
    Strain/Trah Andi

    Bloodline Gordon dari Okim

    FIRST GENERATION
















    Nama : TriTunggal/Jantan (anak GL Johar)
    • Kecerdasan : Bagus
    • Karakter : Baik
    • Anatomi : Bagus
    Spesial : Turun sangat cepat sekali membentuk huruf L (menurun dari karakter bapaknya)

    Catatan :
    • Strain/Trah Andi
    • Hilang di kandang Kemang Pratama Bekasi